1. Latar Belakang
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini telah berkembang dalam berbagai
kegiatan di bidang keilmuan. Penerapan berbagai teknologi yang ada, tentunya
akan memberi kemudahan pada suatu organisasi atau instansi untuk mengembangkan
efisiensi pekerjaan dan kualitas layanan menjadi lebih baik. Salah satu
instansi yang memanfaatkan perkembangan teknologi dalam layanannya adalah
perpustakaan. Perpustakaan sebagai tempat berbagai sumber informasi, dalam hal
ini dituntut untuk selalu memberikan yang terbaik bagi pemustakanya, baik dalam
memaksimalkan bahan pustaka yang ada maupun layanan-layanan yang disediakan.
Menurut
Williams dan Sawyer (2003) pengertian
teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer)
dengan jalur komunikasi kecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video.
Teknologi informasi adalah istilah umum yang menjelaskan teknologi apapun yang
membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengkomunikasikan dan
menyebarkan informasi. Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi
komputer tetapi gabungan dari teknologi komputer dan teknologi komunikasi.
Perpustakaan
erat kaitannya dengan penyediaan informasi, sesuai dengan pengertian
perpustakaan menurut IFLA (International
Federation Library Association) perpustakaan adalah tempat kumpulan materi
tercetak dan non tercetak atau sumber informasi yang disusun secara sistematis,
untuk digunakan oleh pemustaka. Dilihat dari pengertian di atas, dimana
perpustakaan diartikan sebagai tempat terkumpulnya sumber informasi, maka
dibutuhkan teknologi informasi untuk mendukung informasi tersebut agar mudah
ditemukan dan dimanfaatkan oleh pemustaka. Dengan menggunakan teknologi yang
canggih, perpustakaan diharapkan dapat berdampak bagi pemustaka agar lebih berminat
untuk memanfaatkan berbagai layanan di perpustakaan.
2. Teknologi Informasi
Keberadaan
teknologi informasi tentu mempunyai pengaruh baik dari segi positif maupun
negatif dalam berbagai kegiatan pelayanan di perpustakaan. Adapun dampak
positif dari perkembangan teknologi informasi dalam kegiatan-kegiatan di
perpustakaan adalah (Supriyanto: 2008):
a. Meringankan
beban pekerjaan pustakawan di perpustakaan sehingga pekerjaan lebih efektif dan
efisien.
b. Pertukaran
informasi dan kerjasama dengan perpustakaan lain menjadi lebih mudah dan cepat
tanpa harus bertatap muka secara langsung.
c. Dapat
meningkatkan citra perpustakaan karena mampu mengikuti perkembangan teknologi
yang sesuai dengan perkembangan zaman.
d. Dapat
mempromosikan produk perpustakaan melalui website dengan mudah.
e. Memberikan
kemudahan dalam pengambilan keputusan terkait dengan pendendaan, pengadaan,
wedding dan lain-lain.
3. RFID (Radio Frequency Identification)
Sistem
otomasi perpustakaan saat ini sudah dikombinasikan dengan menggunakan sistem
identifikasi otomatis bahan pustaka, yang mana lebih mengefisienkan lagi
pekerjaan di dalam perpustakaan. Sistem identifikasi otomatis yang selama ini
banyak di pakai di perpustakaan adalah sistem barcode. Namun sistem barcode sudah
mulai digantikan oleh penggunaan RFID.
Penggunaan
barcode bila dibandingkan dengan penggunaan RFID sangat banyak
perbedaannya, diantaranya sistem barcode hanya bisa dibaca, sedangkan
RFID bisa dibaca dan dan ditulis ulang, untuk membaca dengan alat reader barcode harus disejajarkan
sedangkan RFID tidak perlu disejajarkan, semua objek atau benda bisa dibaca
secara bersamaan walau ditumpuk sekalipun, sedangkan barcode hanya membaca satu objek, RFID bisa digunakan untuk
penjajaran.
4. Pengertian RFID (Radio Frequency Identification)
RFID
(Radio Frequency Identification) merupakan
kombinasi dari frekuensi radio berbasis teknologi dan teknologi microchip.
Informasi yang terkandung di dalam tag microchip dan ditempelkan pada
bahan pustaka dapat dibaca menggunakan teknologi frekuensi radio. Sebuah alat
pembaca (alias sensor, pemindai atau integrator) mencari antena pada tag dan
mengambil informasi dari microchip dalam perangkat RFID. (Boss, Richard).
Pengertian
RFID secara umum adalah sebuah teknologi terbaru untuk mengidentifikasi atau
mendeteksi sebuah objek (benda/orang) dengan menggunakan gelombang radio, yang
terdiri dari satu atau lebih alat pembaca/ transponder interogator dan
RF transfer data yang dicapai dengan cara yang sesuai dimodulasi induktif atau
memancarkan pembawa elektro-magnetik. Selain itu dapat digunakan sebagai
pembawa data, dengan informasi yang ditulis dan diperbarui untuk tag pada
saat digunakan.
Dengan
menggunakaan RFID memungkinkan pengamanan dan penemuan kembali bahan pustaka di
perpustakaan dengan mudah. Secara keseluruhan rak bahan pustaka dapat dibaca
dengan alat pembaca sinyal pada portable scan reader. Kemudian pada
hasil portable scan reader akan dilaporkan apakah ada bahan pustaka yang
hilang atau dipinjam (keluar dari rak). Sebuah label RFID yang ditempelkan pada
bahan pustaka akan mengidentifikasi bahan pustaka dan akan melindunginya.
Ketika pemustaka melakukan pminjaman dan membawa bahan pustaka keluar dari
perpustakaan maka label RFID akan terbaca oleh sistem. (Ahson, Syed: 2008).
5. Komponen-komponen RFID
Komponen-komponen
dari RFID yang pertama yaitu; tag
RFID yang dapat berupa stiker, kertas atau plastik dengan beragam ukuran.
Di dalam tag terdapat chip yang mampu menyimpan sejumlah informasi
tertentu, yang kedua terminal reader RFID, terdiri atas RFID-reader dan
antenna yang akan mempengaruhi jarak optimal identifikasi. Terminal RFID akan
membaca atau mengubah informasi yang tersimpan dalam tag melalui
frekuensi radio.
Ketika
tag melakukan identifikasi, informasi yang tersimpan pada chip dalam tag
dikode ulang oleh reader dan disimpan, dikirim ke server,
atau dikomunikasikan kepada sistem perpustakaan terpadu bila sistem RFID
dihubungkan dengan itu. Ketika tidak ada server, sebagian besar perangkat lunak
disimpan di reader. Terminal RFID
terhubung langsung dengan system host computer, dimana mengatur alur
informasi dari item-item yang terdeteksi dalam lingkup sistem RFID dan mengatur
komunikasi antara tag dan reader (alat pembaca). Host bisa berupa stand-alone ataupun
terhubung jaringan LAN/Internet untuk komunikasi dengan server. Jenis konversi reader mencakup,
stasiun kerja staf untuk meja sirkulasi dalam melakukan pekerjaan, pelindung
diri stasiun pengisian dan pemakaian, reader untuk mengidentifikasi
bahan pustaka yang dikembalikan dan pintu sensor untuk mengidentifikasi
keamanan.
Sistem
RFID di perpustakaan merupakan gabungan dari beberapa komponen. Beberapa
komponen tersebut akan membuat mekanisme alur kerja di perpustakaan yang
menjadikan perpustakaan yang bersangkutan berbeda dengan perpustakaan lainnya
yang tidak menggunakan sistem RFID. Untuk mempersiapkan sistem tersebut maka
berikut langkah-langkah:
· Menginput
deskripsi buku ke dalam tag RFID
· Tempelkan
tag RFID ke dalam buku
· Masukkan
buku ke dalam rak
· Pindai
buku dengan alat scanner genggam agar nantinya mempermudah shelving
· Pemustaka
mencari bahan pustaka di OPAC dan mencari ke jajaran rak
· Kemudian
peminjaman dilakukan secara mandiri (self
service) dengan menggunakan alat self
chek station
· Buku
yang dipinjam sudah melalui proses diatas tidak akan menjadi masalah ketika
melewati pintu gerbang yang mana sudah dipasang alarm pengaman
· Ketika
pemustaka ingin mengembalikan buku maka bisa melalui alat book drop
6. Penerapan RFID dalam Perpustakaan (Kelebihan dan Kelemahan)
Penerapan
RFID dalam perpustakaan adalah penambahan teknologi terbaru yang digunakan
dalam perpustakaan untuk kombinasi otomatisasi dan kegiatan keamanan dalam
pemeliharaan dokumen baik di dalam perpustakaan atau ketika dokumen di luar
perpustakaan (A. Narayanan, et.al.: 2007). RFID adalah teknologi terbaru untuk
digunakan dalam sistem deteksi pencurian/ kehilangan bahan pustaka
perpustakaan.
Sistem
RFID mulai dipakai dalam perpustakaan pada akhir tahun 1990-an yang kegunaanya
diantaranya tidak hanya mendeteksi hilangnya bahan pustaka, juga mempercepat
kinerja staf dan pelaksanaannya, menyederhanakan dan mendukung kecepatan urusan
dan pelaksanaan staf dan dilaksanakan
untuk tujuan pelacakan efisiensi dokumen di seluruh perpustakaan, mempermudah
dan mempercepat pemakaian dokumen, keamanan bahan pustaka, inventarisasi,
verifikasi dan penanganan di rak (Boss, 2009).
RFID
memberikan keunggulan yang signifikan bila dibandingkan dengan penggunaan barcode dalam perpustakaan. Keunggulan
utama adanya peningkatan kualitas pelayanan serta penghematan biaya operasional
tenaga perpustakaan, karena teknologi RFID memungkinkan untuk penguna
perpustakaan melakukan pelayanan mandiri (self-service)
baik peminjaman maupun pengembalian bahan pustaka dengan menggunakan kartu
anggota yang sudah ditanami chip RFID yang biasa disebut smartcard.
Dalam
menerapkan teknologi baru maka akan terdapat segi positif dan segi negatifnya,
begitu pula dalam sebuah perpustakaan maka akan ada kelebihan dan kelemahan
dari teknologi RFID tersebut, diantara kelebihannya adalah: (Narayan: 2005 dan
Boss: 2007):
1. Kecepatan
pengisian/pemakaian; penggunaan RFID mengurangi jumlah waktu yang diperlukan
untuk melakukan kegiatan sirkulasi dan inventarisasi karena tag RFID
dapat dibaca dari jarak jauh.
2. Penghematan
waktu; dikaitkan dengan fakta-fakta informasi yang dapat dibaca dari tag RFID
jauh lebih cepat dan beberapa bahan pustaka dalam tumpukan dapat dibaca pada
waktu yang sama.
3. Mempermudah
layanan mandiri: sensor dapat membaca tag RFID yang telah dipasang dalam
beberapa bahan pustaka yang dipinjam atau yang dikembalikan di waktu yang
bersamaan.
4. Kehandalannya
tinggi; sistem RFID menghubungkan sensor untuk pintu keluar dan sistem
sirkulasi untuk mengidentifikasi barang-barang yang keluar dari perpustakaan
serta meminimalisir pencurian dan penghematan biaya.
5. Inventarisasi
dengan kecepatan tinggi; kemampuan untuk memindai bahan pustaka di rak tanpa
menunjuk mereka keluar atau menghapusnya.
6. Penanganan
material (bahan pustaka) secara otomatis, termasuk menyortir bahan pustaka
menurut kategori untuk diletakkan ditempat yang tidak dipakai.
7. Umur
tag panjang; Tag RFID berlangsung lebih lama dari barcode karena
tidak adanya kontak langsung kepada item.
8. Kegiatan
sirkularsi cepat.
Disamping adanya keuntungan maka tidak bisa
terlepas juga dari kekurangan penggunaan RFID dalam perpustakaan, beberapa
kekurangan adalah (Narayan: 2005 dan Boos: 2007):
1. Biaya
yang dikeluarkan untuk pembelian komponen RFID tinggi.
2. RFID
rentan untuk berkompromi karena lapisan foil dari tag yang terlalu tebal
kemungkinan bisa menghalangi sinyal radio dan memungkinkan pembatalan sinyal
tersebut.
3. Kemungkinan
penghapusan/ pencabutan tag yang dipasang yang pada item (bahan pustaka)
4. Masalah
sensor keluar, pintu sensor harus membaca dua kali jarak alat pembaca lainnya,
maksudnya walaupun dari jarak jauh, sensor harus bisa menjalankan fungsinya.
5. Ancaman
terhadap privasi; Adanya informasi pribadi pemustaka (user) yang terekam pada tag RFID (smart card).
7. Kesimpulan dan Saran
RFID
(Radio Frequency Identification)
merupakan sebuah teknologi baru nirkabel (wireless)
yang unggul dan telah diterapkan di dalam dunia perpustakaan untuk
mengembangkan layanan dan kinerja perpustakaan dalam hal identifikasi dan
pengamanan, yang mana merupakan kemajuan teknologi yang berkelanjutan dari
sistem barcode. Meskipun kelebihannya adalah identifikasi yang unik dan
fleksibilitas dari RFID merupakan kabar baik, teknologi ini masih belum
dipahami secara luas atau belum banyak diterapkan di lingkungan perpustakaan.
Hal ini terlihat dari beberapa kekurangan yang ditimbulkan dari penerapan RFID
di perpustakaan. Biaya yang dikeluarkan cukup tinggi untuk menggunakan
teknologi ini dikarenakan dalam penerapannya, standarisasi dan inovasinya RFID
terus berubah.
Penerapan
RFID di perpustakaan yang masih relatif baru dan karenanya ada banyak fitur
teknologi yang tidak dipahami oleh masyarakat umum. Perkembangan teknologi RFID
terus menghasilkan kapasitas memori yang lebih besar. Diharapkan untuk
kedepannya banyak perpustakaan di Indonesia bisa mengaplikasikan RFID dengan
maksimal, agar staf perpustakaaan semakin maksimal pula dalam melaksananakan
pekerjaan, dan dalam memberikan pelayanan kepada pemustaka. Selain itu
perpustakaan yang sudah menerapkan RFID akan mempunyai nilai lebih serta akan
mewujudkan perpustakaan yang modern sesuai dengan perkembangan zaman dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar